Senin, 19 Februari 2018

Asal Usul Kabupaten Pamekasan - Madura


Asal Usul Kabupaten Pamekasan - Madura


Kabupaten Pamekasan merupakan salah satu dari 4 Kabupaten yang ada di Pulau Madura seperti Bangkalan, Sampang dan Sumenep. Pamekasan sendiri berbatasan langsung dengan Kabupaten Sumenep di sebelah timur, Kabupaten Sampang di sebelah barat, Selat Madura di selatan dan berbatasan dengan Laut Jawa di sebelah Utara.

Pamekasan terdiri dari 13 Kecamatan, yang kemudian dibagi lagi menjadi 178 Desa dan 11 Kelurahan. berikut adalah nama dari 13 Kecamatan tersebut:


  • Kecamatan Tlanakan
  • Kecamatan Proppo
  • Kecamatan Pegantenan
  • Kecamatan Pasean
  • Kecamatan Pamekasan
  • Kecamatan Palengaan
  • Kecamatan Pademawu
  • Kecamatan Kadur
  • Kecamatan Larangan
  • Kecamatan Galis
  • Kecamatan Batu MarMar
  • Kecamatan Pakong
  • Kecamatan Waru

Berbicara tentang Kabupaten Pamekasan tentunya tidak akan terlepas dari nama Monumen Arek Lancor, selain itu di Kabupaten Pamekasan ini tiap tahun mengadakan event Kerapan Sapi Piala Presiden serta rangkaian acara Semalam di Pamekasan yang menampilkan kesenian khas Pamekasan serta kabupaten lainnya di Madura.

Selain itu ada tokoh yang cukup terkenal di Indonesia berasal dari Pamekasan, beliau adalah Prof. Dr. Moh. Mahfud MD yang sempat menjabat sebagai Ketua Mahkamah Konstitusi Indonesia.

Berikut adalah Daftar Wisata yang berada di Kabupaten Pamekasan:

Pantai Talang Siring (namanya hampir mirip Pantai Siring Kemuning di Kecamatan Tanjung Bumi - Kabupaten Bangkalan) yang letaknya 10 Km kearah Timur dari Kota Pamekasan.
Pantai Jumiang dengan jarak 15 Km dari Pusat Kota.
- Pantai Batu Kerbuy yang namanya di ambil dari sebuah batu yang berbentuk kerbau yang terletak di Kecamatan Pasean dengan luas 5 Ha.
Api Tak Kunjung Padam yang jaraknya sekitar 4 Km dari Pusat Kota.
- Makam Keramat Pasarean Batu Ampar yang terletak di Desa Pangbatok Kecamatan Proppo sekitar 15 Km dari arah Pusat Kota.
- Vihara Alokitesvara yang berada di Kampung Candi Desa Monto' Kecamatan Galis (14 Km dari Kota Pamekasan), berdekatan dengan Pantai Talangsiring. Vihara terbesar kedua di Pulau Jawa. Salah satu keunikannya, yaitu di dalam komplek terdapat Musholla, Gereja dan Pura yang melambangkan kerukunan beragama.
Monumen Arek Lancor yang merupakan monumen perjuangan kepahlawanan Rakyat Madura dalam mempertahankan kedaulatan dan kemerdekaan Indonesia.

Asal Mula dan Sejarah Kabupaten Pamekasan - Madura


Kabupaten Pamekasan lahir dari proses sejarah yang cukup panjang. Nama Pamekasan sendiri baru dikenal  pada sepertiga abad ke 16, ketika Ronggo Sukowati mulai memindahkan pusat pemerintahan dari kraton Labangan Daja ke kraton Mandilaras. Memang belum cukup bukti tertulis yang menyebutkan proses perpindahan pusat pemerintahan sehinga terjadi perubahan nama wilayah ini.

Begitu juga munculnya sejarah pemerintahan di Pamekasan sangat jarang ditemukan bukti-bukti tertulis apalagi prasasti yang menjelaskan tentang kapan dan bagaimana keberadaannya.  Munculnya sejarah Pemerintah Lokal Pamekasan, diperkirakan baru diketahui sejak pertengahan abad ke lima belas (15) berdasarkan sumber sejarah tentang lahirnya mitos atau legenda Aryo Menak Sumoyo yang mulai merintis Pemerintahan Lokal di daerah Proppo atau Parupuk  Jauh sebelum munculnya legenda ini, keberadaan Pamekasan tidak banyak dibicarakan. Diperkirakan Pamekasan merupakan bagian dari pemerintahan Madura dan Sumenep, yang telah berdiri sejak pengangkatan Arya Wiraraja pada tanggal 13 Oktober 1268 oleh Kertanegara.

Jika pemerintahan lokal Pamekasan lahir pada abad 15, tidak dapat disangkal bahwa Kabupaten ini lahir pada zaman kegelapan Majapahit yaitu pada saat daerah-daerah pesisir di wilayah kekuasaan Majapahit mulai merintis berdirinya pemerintahan sendiri. Berkaitan dengan sejarah kegelapan Majapahit tentu tidak bias dipungkiri tentang kemiskinan data sejarah karena di Majapahit sendiri dalam penataan untuk mempertahankan bekas wilayah pemerintahannya sangat padat kegiatan dengan luas wilayah yang sangat besar.

Saat itu sastrawan-sastrawan terkenal setingkat Mpu Prapanca dan Mpu Tantular tidak banyak menghasilkan karya sastra, sedangkan kehidupan masyarakat Madura sendiri, nampaknya lebih berkembang sastra lisan dibandingkan dengan sastra tulis Graaf (2001) menulis bahwa orang Madura tidak mempunyai sejarah tertulis dalam bahasa sendiri mengenai raja-raja pribumi pada zaman pra-Islam.

Tulisan- tulisan yang kemudian mulai diperkenalkan sejarah pemerintahan  Pamekasan ini pada awalnya lebih banyak ditulis oleh penulis Belanda sehingga banyak menggunakan bahasa Belanda kemudian mulai diterjemahkan atau ditulils kembali oleh sejarawan Madura, seperti Zainal Fatah ataupun Abdurrahman. Memang masih ada bukti-bukti tertulis lainnya yang berkembang di masyarakat, seperti tulisan pada daun-daun lontar atau layang Madura, namun demikian tulisan pada layang inipun lebih banyak menceritakan sejarah kehidupan para Nabi (Rasul) dan sahabatnya, termasuk juga ajaran-ajaran agama sebagai salah satu sumber pelajaran agama bagi masyarakat luas.

Masa pencerahan sejarah lokal Pamekasan mulai terungkap sekitar paruh kedua abad ke-16, ketika pengaruh Mataram mulai masuk di Madura, terlebih lagi ketika Ronggo Sukowati mulai mereformasi pemerintahan dan pembangunan di Wilayahnya. Bahkan, raja ini disebut-sebut sebagai raja pertama di Pamekasan yang secara terang-terangan mulai mengembangkan Agama Islam di kraton dan rakyatnya. Hal ini diperkuat dengan pembuatan jalan se jimat ,yaitu jalan-jalan di alun-alun kota Pamekasan dan mendirikan masjid Jamik Pamekasan. Namun demikian, sampai saat ini masih belum bisa diketemukan adanya  inskripsi ataupun prasasti pada beberapa situs peninggalannya untuk menentukan kepastian tanggal dan bulan pada saat pertama kali ia memerintah Pamekasan.

Bahkan zaman Pemerintahan Ronggo Sukowati mulai dikenal sejak berkembangnya legenda Kyai Joko Piturun, pusaka andalan Ronggo Sukowati yang diceritakan mampu membunuh Pangeran Lemah Duwur dari Arosbaya melalui peristiwa mimpi. Padahal temuan ini sangat penting karena dianggap memiliki nilai sejarah untuk menentukan hari jadi kota Pamekasan.

Lambang Kabupaten Pamekasan Madu Ganda Magesti Tunggal
Lambang Kabupaten Pamekasan Madu Ganda Magesti Tunggal

Terungkapnya sejarah Pemerintahan di Pamekasan semakin ada titik terang setelah berhasilnya invasi Mataram ke Madura dan merintis pemerintahan lokal di bawah pengawasan Mataram. Hal ini dikisahkan dalam beberapa karya tulis seperti Babad Mataram dan Sejarah Dalem serta telah adanya beberapa penelitian sejarah oleh sarjana Barat yang lebih banyak dikaitkan dengan perkembangan sosial dan agama, khususnya perkembangan Islam di Pulau Jawa dan Madura, seperti Graaf dan TH. Pigland tentang kerajaan Islam pertama di Jawa dan Banda tentang Matahari Terbit dan Bulan Sabit.

Sumber: http://www.pamekasankab.go.id
Lambang: soendoel.blogspot.com

Tidak ada komentar:

ANAK, DILARANG PAKAI PONSEL/HP SEBELUM 12 TAHUN

Satu lagi artikel kiriman dari INNK, kali membahas tentang bahaya ponsel. Seperti artikel penulis sebelumnya tentang  bahaya ponsel  saat...