Selasa, 20 Februari 2018

ANAK, DILARANG PAKAI PONSEL/HP SEBELUM 12 TAHUN

Satu lagi artikel kiriman dari INNK, kali membahas tentang bahaya ponsel. Seperti artikel penulis sebelumnya tentang bahaya ponsel saat kehamilan, kini juga membahas tentang bahaya ponsel /HP untuk anak – anak.

Telepon genggam alias ponsel/HP memang sudah menjadi kebutuhan yang sulit dipisahkan. Tak hanya orang dewasa, bahkan anak-anak pun kini banyak yang dibekali ponsel. Tapi para ahli mengingatkan, jangan pernah biarkan anak-anak menggunakan ponsel sebelum berusia 12 tahun. Bahkan menurut fisikawan dan ahli di bidang radiasi, anak usia remaja pun sebaiknya hanya menggunakan ponsel untuk mengirim pesan singkat (SMS) saja, bukan untuk berbicara atau melakukan panggilan.
Anak bukanlah orang dewasa yang bertubuh kecil, mereka tak seharusnya menggunakan ponsel sebelum usia 12 tahun,” ujar Profesor Lawrie Challis, mantan kepala Mobile Telecommunications and Health Research programme(MTHR) seperti dilansir dari Dailymail, Sabtu (24/4/2010). Profesor Challis mengatakan, hal tersebut memang masuk akal, karena sistem kekebalan tubuh anak-anak masih berkembang dan kita tahu bahwa mereka lebih sensitif terhadap hal-hal lain, seperti ultra-violet dari sinar matahari. Sayangnya, banyak orangtua yang merasa tenang jika membekali anaknya ke sekolah dengan ponsel/HP karena bisa memantau anak dengan mudah. Tapi bagi Profesor Challis, alasan-alasan tersebut bukanlah ide yang baik. Kecuali jika memang ada alasan keamanan tertentu yang harus dilakukan. Rekomendasi ini datang dari MTHR, dimana Profesor Challis masih menjadi anggota, yang meluncurkan hasil penelitian mereka selama 30 tahun tentang risiko penggunaan ponsel terhadap 250.000 warga Eropa, 100.000 warga Inggris termasuk partisipan anak-anak. Peneliti mendata jumlah panggilan pada masing-masing ponsel partisipan dan membandingkannya dengan catatan kesehatan, untuk menentukan apakah ponsel memicu atau memperburuk kanker, termasuk kanker telinga, kulit dan otak. Studi ini juga melihat apakah ponsel meningkatkan kemungkinan penyakit saraf seperti Alzheimer, Parkinson dan multiple sklerosis, stroke dan penyakit jantung, serta kondisi yang kurang serius seperti sakit kepala dan gangguan tidur.  Hasilnya, mereka yang berusia di bawah usia 12 tahun, yang memang dibekali ponsel oleh orang tuanya, paling rentan terhadap semua dampak negatif dari penggunaan ponsel. Dan menurut para peneliti dari Imperial College London, hasil ini memang akan mengejutkan banyak orangtua. Tapi jika keadaannya mendesak dan anak-anak memang tidak bisa tanpa dibekali ponsel, pilihanya adalah dengan membekali anak ponsel/HP beserta handset yang memang dirancang untuk anak. “Jika orangtua khawatir, mereka dapat memantau anak-anak cukup dengan melakukan panggilan singkat, atau menggunakan perangkat hands-free,” ujar John Cooke, direktur eksekutif Mobile Operators Association. Menurutnya, orangtua harus bisa menimbang-nimbang antara manfaat jaminan nyata yang diberikan oleh teknologi ini terhadap kemungkinan efek kesehatan masa depan yang tidak diketahui. London/detikhealth (INNK’10)

CARA MEMBUAT PEMPEK IKAN TERI PALEMBANG

Resep Pempek Ikan Teri Sederhana Lembut dan Empuk Spesial Asli Enak. Mendapatkan ikan tenggiri segar untuk pempek yang lezat terkadang memang susah harus pesan terlebih dahulu jika sudah punya langganan ikan di pasar ikan atau pasar tradisional. Apalagi bila tidak musim ikan akan semakin sulit memperoleh ikannya apalagi ikan belida yang memang ikan asli pempek Palembang karena sudah langka di sungai Musi. Jadi boleh dicoba untuk buat pempek dari ikan teri asin Palembang atau ikan teri medan yang memang dagingnya dan tubuh serta kepalanya lebih besar jika dibanding dengan ikan teri jengki atau ikan teri lainnya seperti ikan teri nasi, kan terlalu kecil walaupun bisa juga dibuat pempek teri nasi, kalau masalah rasa sedap juga, walau tampilannya tidak secantik dan menarik empek-empek yang pakai ikan tenggiri/ikan gabus/ikan berdaging putih lainnya, putih bersih. kalau pempek ikan teri warnanya agak sedikit gelap cenderung hitam mungkin karena kepala ikan yang masuk juga ke dalam adonan.

Foto Resep Pempek Ikan Teri Sederhana Lembut dan Empuk Spesial Asli Enak
Gambar Pempek Ikan Teri

Di Palembang, Sumatera Selatan dan di Bengkulu terutama di pasar-pasar tradisional banyak penjual pempek yang jualan pempek teri atau pempek iwak teri, bahkan ada juga yang membuat pempek dari kepala ikan teri saja, pempek ini biasanya berbentuk pempek lenjer panjang besak mak lengan sebenarnya mudah saja mengenali dan membedakannnya dengan pempek ikan tenggiri warna pempek ikan teri berwarna agak gelap cenderung kehitaman. Berikut resep pempek ikan teri yang sedap dan istimewa lengkap dengan cara bikin sendiri di rumah ala rumahan (Homemade) yang mudah dan praktis.

RESEP PEMPEK IKAN TERI

Sumber : Mama Khayla

BAHAN :
  • 500 gram tepung terigu
  • Air panas
  • 250 gram ikan teri Palembang bisa juga pakai teri medan, belah buang tulang dan kepalanya, pilih yang kuning besar (rendam dengan air panas)
  • Penyedap rasa sedikit saja
  • 700 gram-1 kg tepung sagu tani/kanji/tapioka tergantung banyak dan sedikitnya air panas tadi
  • 2 telur kocok lepas.
  • Air untuk merebus pempek
CARA MEMBUAT PEMPEK IKAN TERI :
  1. Tepung terigu diberi air panas sedikit demi sedikit, aduk hingga rata.
  2. Ikan teri di siram air panas, tiriskan lalu di giling halus (blender), lalu masukkan ke adonan terigu,aduk pakai sendok hingga rata.
  3. Setelah rata, lalu masukkan tepung kanji/tapioka sedikit demi sedikit,sambil di aduk pakai ujung jari, jangan terlalu di uleni nanti jadinya alot.
  4. Ambil sedikit adonan,bentuk mangkok, jika adonan belum bisa di bentuk,sambil di tambah tepung kanji hingga bisa di bentuk.lalu isi dengan 1 sdm telur yang sudah di kocok lepas dan di beri sedikit garam.
  5. Tutup mangkok adonan atau bisa di plintir seperti pastel. atau jika malas,bisa di bentuk panjang-panjang seperti pempek lenjer atau bulat saja, tanpa di isi telur atau bentuk pempek sesuai selera.
  6. Lalu rebus pempek dalam air mendidih,hingga mengapung. jika sudah mengapung,tunggu agak lama, agar dalamnya benar benar matang.
  7. Tiriskan, pempek sudah bisa di goreng.
  8. Hidangkan bersama cuko pempek, resep bikin cuko kental bisa di lihat di artikel cara membuat cuko.

Inilah Kecerdasan Hakiki yang Seharusnya Dimiliki Setiap Manusia

Inilah Kecerdasan Hakiki yang Seharusnya Dimiliki Setiap Manusia

Sahabatku, ada sebuah artikel menarik yang saya baca mengenai bagaimana kecerdasan yang sesungguhnya yang harus dimiliki oleh kita, manusia.

Sahabatku, pernah tahu siapa bapak / ilmuwan yang pertama kali mendefinisikan kecerdasan. Dialah Alferd Binet yang pada Tahun 1905 memperkenalkan definisi kecerdasan kepada dunia. Menurut Ilmuwan berkebangsaan Perancis ini, orang yang cerdas adalah orang yang memiliki Intelligence Quotient (IQ) diatas 100 dan orang yang mempunyai IQ diatas 150 adalahjenius.

Nah, sejak saat itu mulailah cara pandang manusia berubah. Mereka beranggapan bahwa keberuntungan dan masa depan manusia seolah-olah ditentukan dengan tingginya IQ mereka. Bahkan banyak perusahaan-perusahaan elit, sekolah-sekolah unggulan menentukan para calon karyawannya atau calon siswanya dari tingginya IQ yang mereka punya. Anggapan mereka semakin tinggi IQ yang dimiliki oleh karyawannya atau para siswanya akan membuat semakin tinggi pula tingkat prestasi yang akan mereka torehkan.

Keruntuhan Teori Kecerdasan = IQ

Sahabatku, teori yang dimiliki oleh Alferd Binet mengenai kecerdasan yang ditentukan lewat tingkat IQ yang dimiliki ini pun akhirnya runtuh, tepat 90 tahun teori ini bisa bertahan. Ya, teori ini mulai runtuh setelah Daniel Goleman melakukan berbagai penilitian-penilitian dan riset-riset yang berlangsung cukup lama. Pakar Psikologi ini menemukan bahwa IQ bukan satu-satunya jenis kecerdasan yang menentukan sukses tidaknya seseorang. Ada kecerdasan lain yang justru lebih penting dari itu, emosional quotient(kecerdasan emosi).

Dan, sejak saat itu manusia menyadari bahwa kecerdasan IQ semata tidaklah cukup. Kecerdasan Intelktual justru tidak banyak membantu  seseorang mengarungi samudra kehidupannya jika tidak diiringi oleh kecerdasan emosi. Bahkan, faktor kecerdasan emosi ini menyumbang 85 persen variable keberhasilan.

Banyak sekali yang mendukung pendapat Goleman ini. Kita bisa melihat betapa banyak anak-anak yang selalu mendapatkan peringkat tinggi dengan nilai akademik yang luar biasa pada saat usia sekolah, tapi setelah lulus malah tidak sukses mengarungi kehidupan. Ini karena anggapan mereka terhadap IQ begitu besar sehingga melupakan kecerdasan yang lain yang justru pengaruhnya jauh lebih besar lagi. Berbeda jika seseorang yang mempunyai kecerdasan emosional, tatkala awalnya mungkin dia hanya memiliki IQ yang standar, namun berkat kecerdasan emosionalnya, dia mampu menjadi orang yang tangguh tatkala datang hambatan, dia cari strategi lain tatkala kegagalan kecil ditemuinya, tekadnya tak pernah padam, itulah yang membuatnya mampu mengarungi pelbagai ombak kecil maupun besar.

Dan kini dapat kita saksikan bahwa dunia pendidikan yang baik tidak berorientasi lagi pada hasil, lalu orientasi pendidikan berubah pada proses.



Nasehat Lukman Hakim

Dan setelahnya banyak bermunculan teori-teori baru mengenai kecerdasan. Para ilmuwan ada yang membagi kecerdasan ada yang menjadi delapan dimensi. Dialah Howard Gardner, seorang psikolog dari Howard University yang menemukan teori Multiple Intelligence(Kecerdasan Majemuk. Teori ini menggabungkan delapan dimensi kecerdasan, yaitu linguistik, matematis logis, spasial, kinestetik, musikal, interpersonal, intrapersonal, dan natural. Sejak teori ini muncul, lenyaplah monopoli kecerdasan.

Sebenarnya, jauh sebelum Binet, Goleman dan Gardner, menemukan teori kecerdasan, mulai dari IQ, EQ, SQ, hingga multiple intelligence, para tokoh Muslim telah mendefinisikan kecerdasan secara lebih lengkap, komprehensif, dan holistik.

Sayangnya, kita hanya berkiblat kepada teori kecerdasan yang dikembangkan oleh barat. Kita malas membuka, mempelajari, mencari mutiara-mutiara tersebut dalam deretan rak-rak perpustakan lama yang melimpah, atau kita malah minder mempelajarinya, minder karena takut dianggap ketinggalan jaman.

Bahkan, lebih jauh ke belakang, Al-Qur’an dan Sunnah telah mengenalkan kepada kita nilai kecerdasan yang sejati yakni kecerdasan berdasarkan fitrah.

Sahabatku, Al-Qur’an telah memuat seseorang tokoh pendidikan yang luar biasa. Ia bukanlah Nabi dan Rasul, tapi namanya diabadikan menjadi sebuah nama surat dalam Al-Qur’an dan nasehatnya dinukil di dalam al-Qur’an.

Ia adalah Luqman al-Hakim, Ia berkata kepada anaknya tentang kecerdasan, sebagaimana dinukil dari buku berjudul Pesan-pesan Bijak Lukman al-Hakim karya Majdi Asy-Syahari. Beginilah katanya :

“Wahai anakku, orang yang cerdas, pandai, dan bahagia pasti mencintai sesamanya sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri. Ia bersikap hemat dalam keadaan kaya dan menjaga kehormatan diri disaat fakir. Harta tidak akan melalaikannya dari Allah. Kemiskinan juga tidak menyibukkannya dari mengingat Allah.”

“Wahai anakku, orang yang cerdas itu akan bisa mengambil manfaat dari kesabarannya. Ia selalu mendengarkan siapa saja yang menasehatinya . Ia tidak memusuhi orang yang lebih tinggi derajatnya dan tidak melecehkan orang yang lebih rendah derajatnya.”

“Ia tidak menuntut apa yang bukan miliknya dan tidak menyia-nyiakan apa yang ia miliki. Ia tidak mengucapkan apa yang tidak diketahuinya dan tidak menyembunyikan ilmu yang ada padanya.”

“Wahai anakku, orang yang cerdas itu merasa puas dengan hak yang dimilikinya dan tidak pernah merugikanhak-hak orang lain. Orang lain tidak merasa terusik olehnya dan dia pun tidak merasa terbebani oleh orang lain.”

“Wahai anakku, orang yang cerdas itu mau menerima nasehat dari orang yang menasehatinya. Ia bergegas dalam hal kebajikan dan lamban dalam hal keburukan. Ia kuat dalam berbuat baik dan lemah dalam kemaksiatan. Ia memiliki sedikit pengetahuan tentang nafsu syahwat.”

“Ia mengetahui cara mendekatkan diri kepada Allah. Ia meyakinkan pada saat bersaksi, bersikap adil di saat memutuskan, benar jika berkata, jujur jika diberi kepercayaan, dan pemaaf jika di zhalimi.”

“Wahai anakku, orang yang cerdas itu tetap berbuat baik di saat orang berbuat jahat kepadanya . Ia menggunakan hartanya untuk kebaikan dan tidak menafkahkan harfta yang bukan miliknya.”

“Di dunia, ia ibarat perantau. Tujuannya adalah kehidupan kelak. Ia selalu mengajak pada kebaikan dan mengajarkannya. Ia mencegah kejahatan dan menjauhinya. Batinnya sesuai dengan lahirnya. Ucapannya selaras dengan perbuatannya.”

Definisi Kecerdasan

Nasehat Luqman al-Hakim kepada anaknya tentang kecerdasan itu bisa diringkas menjadi sebuah definisi tentang orang yang cerdas, yakni orang yang memiliki sifat kasih sayang, efisien, efektif(berdaya guna/bermanfaat), menjaga kehormatan, konsisten, sabar, empati (peduli) jujur, apresiatif, berilmu pengetahuan, berketerampilan, adil, benar, komitmen, proaktif, tangguh, amanah, visioner, dan menjadi pelopor kebaikan.

Bayangkan jika anak kita atau kita sendiri, telah, memenuhi syarat kecerdasan sebagaimana dikemukakan Luqman al-Hakim, akankah anak kita, atau kita, mengalami kegagalan? Tidak! Insya Allah kita akan selamat, sukses, bahagia, bahkan dapat hidup dalam kemuliaan selama-lamanya.

Sekarang coba bandingkan nilai kecerdasan yang dikemukakan oleh Luqman al-Hakim dengan teori kecerdasan yang dikemukakan para tokoh sekuler di atas. Satu hal yang pasti, teori sekuler tak pernah menyentuh dimensi transendental (ukhrawi).

Kalaupun berbicara tentang spirtualitas nilainya sangat dangkal dan terlalu rasional. Padahal dimensi ini tak bisa disentuh dengan sekadar ilmu pengetahuan dan rasio semata. Di sinilah diperlukan petunjuk wahyu.

Dalam kaitan ini, maka definisi kecerdasan yang dikemukakan oelh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam merupakan definisi yang paling akurat, paling benar, dan paling komprehensif.

Dalam sebuah Hadits beliau bersabda tentang kecerdasan, “Orang yang cerdas adalah orang yang mengusai dirinya dan berbuat untuk keselamatan sesudah mati. Sedangkan orang yang bodoh adalah yang memperturutkan hawa nafsunya dan mengharapkan kepada Allah harapan-harapan kosong.” (Riwayat Ibnu Majah dan Ibnu Umar).

Al-Ghazali mengelaborasi lebih lanjut konsep kecerdasan ini. Ia berkata, “Orang yang cerdas adalah orang yang mampu memahami Tuhannya, memahami dirinya, memahami dunianya, dan memahami akhiratnya.”

Orang yang bisa memiliki empat kemampuan tersebut dijamin sukses dan bahagia di dunia dan akhirat.

Wallahua’lam bisshowwab.

Sumber : SUARA HIDAYATULLAH / Juli 2011 / Sya’ban 1432 dengan sedikit perubahan tanpa merubah makna.

ANAK, DILARANG PAKAI PONSEL/HP SEBELUM 12 TAHUN

Satu lagi artikel kiriman dari INNK, kali membahas tentang bahaya ponsel. Seperti artikel penulis sebelumnya tentang  bahaya ponsel  saat...